
KabarUang.com, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengisyaratkan adanya ancaman di industri batu bara Indonesia.
Saat ini sebagian negara yang menjadi tujuan ekspor batu bara tengah mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Pengembangan EBT ini cukup pesat. Jika harga jual EBT in lebih rendah dibanding batu bara maka pasar dengan sendirinya akan beralih menggunakan EBT.
Bahkan saat ini Tiongkok dan India mulai mengembangkan EBT untuk dijadikan sumber energi utama negara tersebut.
Sedangkan Tiongkok dan India merupakan pasar utama ekspor batu bara Indonesia.
“Kalau EBT berkembang pesat dan harga keekonomian lebih murah dari batu bara, kalau enggak diproses lebih lanjut itu akan bermasalah,” kata Bambang Gatot Ariyono, Direktur Jenderal Mineral dan Batu bara, seperti di muat di katadatacoid (20/11).
Salah satu antisipasi dari Pemerintah adalah dengan pencanangan industri hilirisasi batu bara Bukit Asam Coal Based Special Economic Zone (BACBSEZ).
BACBSEZ merupakan kawasan yang terdiri atas empat kompleks pabrik. Pabrik ini akan terdiri dari pabrik batu bara yang akan diolah menjadi syngas.
Dari syngas akan iolah lagi menjadi dimethyl ether (DME) sebagai substitusi liquified petroleum gas (LPG), polypropylene, dan urea sebagai pupuk yang merupakan bahan baku plastik.
Proyek hilirisasi ini diharapkan mampu menyerap 7 juta ton batu bara per tahun sebagai bahan baku.