
KabarUang.com, Jakarta – Harga minyak turun di tengah kekhawatiran baru atas perang perdagangan AS-China. Akan tetapi, minyak berjangka ini masih membukukan kenaikan mingguan dengan Brent menandai kenaikan mingguan terbesar sejak pada bulan Januari, setelah serangan terhadap industri energi Arab Saudi akhir pekan lalu.
Melansir juga dari Reuters, New York, pada hari Sabtu (21/9/2019), minyak mentah Brent LCOc1 berjangka turun sekitar 12 sen menjadi USD64,28 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) CLc1 berjangka berakhir dikisaran 4 sen lebih rendah pada angka USD58,09 per barel.
Harga memangkas kenaikan bersama dengan pasar stok dan juga biji-bijian setelah pejabat pertanian China yang akan mengunjungi negara-negara pertanian AS minggu depan membatalkan perjalanan mereka ke Montana dan juga Nebraska untuk kembali ke China lebih cepat dari yang dijadwalkan semula.
Pembatalan itu juga bisa terjadi ketika pembicaraan perdagangan diadakan di Washington serta juga Presiden AS Donald Trump mengatakan dia bahkan menginginkan kesepakatan perdagangan lengkap dengan negara Asia, bukan hanya untuk perjanjian bagi China untuk membeli lebih banyak barang pertanian AS.
Akan tetapi untuk pada minggu ini, Brent naik sekitar 6,7%, kenaikan terbesar sejak pada bulan Januari, sementara WTI naik sekitar 5,9%, terbesar sejak pada bulan Juni.
Produsen AS sudah bisa mengambil peluang untuk dapat mengunci pendapatan ke depan untuk tahun ini dan juga berikutnya setelah harga minyak melonjak paling tinggi dalam jangka waktu 30 tahun awal pekan ini setelah serangan, sumber yang akrab dengan aliran uang mengatakan.
Manajer uang menaikkan net long AS mentah dan juga posisi opsi oleh 11.209 kontrak menjadi 220.758 dalam minggu sampai 17 September, Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) mengatakan.
Pasar minyak juga melonjak hampir sekitar 20% pada hari Senin sebagai reaksi terhadap serangan 14 September, yang mengurangi separuh produksi Saudi dan juga memotong pasokan global sekitar 5%. Akan tetapi harga sejak itu memangkas sebagian besar keuntungan itu karena jaminan dari kerajaan bahwa itu akan mengembalikan produksi yang hilang pada akhir bulan ini.
Harga, bagaimanapun, telah bisa mempertahankan premi risiko karena ketegangan geopolitik di wilayah tersebut juga mulai meningkat dengan Amerika Serikat dan juga Arab Saudi menyalahkan serangan terhadap Iran. Teheran menyangkal keterlibatannya.
Serangan itu telah mengintensifkan dalam perjuangan selama bertahun-tahun antara Arab Saudi dan Iran, yang juga dikurung dalam kontes kekerasan untuk mendapatkan pengaruh di beberapa titik nyala di sekitar Timur Tengah.
Koalisi yang dipimpin oleh Saudi pada hari Jumat melancarkan operasi militer di utara kota pelabuhan Hodeidah Yaman sementara Amerika Serikat bekerja dengan negara-negara Timur Tengah dan juga Eropa untuk membangun koalisi untuk mencegah ancaman Iran.
Perusahaan milik negara Saudi Aramco telah mengalihkan nilai minyak mentah serta menunda pengiriman minyak mentah dan produk minyak kepada pelanggan beberapa hari setelah serangan tersebut sangat bisa mengurangi produksi minyak ringannya serta menyebabkan penurunan produksi di kilangnya, kata sumber pasar.