
KabarUang.com, Jakarta – Harga minyak turun pada akhir perdagangan hari Selasa atau pada hari Rabu pagi WIB, dengan minyak mentah berjangka AS jatuh dua persen setelah data manufaktur meningkatkan kekhawatiran tentang melemahnya ekonomi global, lalu sementara sengketa perdagangan AS-China terus menyeret sentimen investor.
Mengutip juga dari Okezone com, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate atau yang disingkat dengan WTI untuk pengiriman pada bulan Oktober turun sekitar USD1,16 atau 2,1 persen menjadi menetap pada USD53,94 per barel di New York Mercantile Exchange. WTI jatuh ke terendah sesi di USD52,84 per barel, tingkat terlemah sejak tanggal 9 Agustus.
Sementara itu, minyak mentah Brent untuk pengiriman pada bulan November turun sekitar USD0,4 atau 0,7 persen menjadi ditutup pada kisaran USD58,26 per barel di London ICE Futures Exchange. Brent sempat merosot ke serendah USD57,23 per barel, juga yang terlemah sejak tanggal 9 Agustus.
Harga-harga minyak memperpanjang kerugian, menyusul data yang menunjukkan aktivitas manufaktur AS pada bulan Agustus tengah mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam tiga tahun. Sebelumnya, data terpisah menunjukkan aktivitas manufaktur zona euro juga menyusut untuk bulan ketujuh pada Agustus.
“Kemunduran itu terus merongrong prospek pertumbuhan permintaan untuk minyak,” kata John Kilduff, seorang mitra di Again Capital di New York seperti dikutip dari Okezone com.
Harga minyak telah turun sebanyak 20 persen sejak mencapai puncaknya pada bulan April 2019, dilanda kekhawatiran perang dagang akan mengurangi permintaan minyak.
Presiden AS Donald Trump juga telah mengatakan pada hari Selasa (3/9/2019) bahwa pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan juga China berjalan dengan baik, meskipun ia juga sudah memperingatkan bahwa ia akan “lebih keras” dalam negosiasi jika diskusi berlanjut hingga masa jabatan keduanya. Trump juga sebenarnya sudah mengatakan kedua pihak akan bertemu untuk pembicaraan bulan ini.
Wakil Perdana Menteri China Liu He juga telah mengatakan China dengan tegas menentang perang dagang, kantor berita resmi Xinhua melaporkan.