
KabarUang.com, Jakarta – Utang luar negeri atau yang disingkat dengan ULN Indonesia kian membengkak sampai pada akhir bulan Juli 2019. Bank Indonesia (BI) telah mencatat jumlahnya mencapai sekitar USD391,8 miliar atau setara dengan Rp5.602,7 triliun sampai kuartal II-2019.
Utang itu tumbuh 10,1% (year on year/yoy) dari periode yang sama di tahun lalu. Pertumbuhannya juga lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,1% (yoy).
ULN ini terdiri juga dari utang pemerintah dan bank sentral yakni sebesar USD195,5 miliar, dan juga utang swasta (termasuk BUMN) yaitu sebesar USD196,3 miliar.
Dalam keterangannya, BI juga menyebut peningkatan ini terutama dipengaruhi oleh transaksi penarikan neto ULN dan juga penguatan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, sehingga nantinya utang dalam Rupiah tercatat lebih tinggi dalam denominasi Dolar AS.
Peningkatan pertumbuhan ULN terutama didorong juga oleh ULN pemerintah, di tengah perlambatan ULN swasta.
Posisi ULN pemerintah pada akhir kuartal II-2019 2019 tercatat juga sebesar USD192,5 miliar atau juga tumbuh 9,1% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,6% (yoy).
Sebaliknya, ULN swasta telah tercatat tumbuh 11,4% (yoy) di akhir kuartal-II 2019, dinyatakan melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,3% (yoy).
BI juga sudah mengatakan, ULN swasta yang tercatat melambat tersebut, utamanya disebabkan oleh peningkatan pembayaran pinjaman oleh pihak korporasi.
Secara sektoral, ULN swasta juga didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, lau oleh sektor pengadaan listrik, kemudian gas, uap/air panas dan udara (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian.
Yang dimana, pangsa ULN di keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta yaitu sudah mencapai 76,9%.