
KabarUang.com, Jakarta – Badan Ekonomi Kreatif ata yang disingkat dengan sebutan Bekraf yang kini sedang bekerja sama dengan Startup AsiaBerlin (SUAB) mengembangkan ekosistem startup Indonesia dan Jerman. Kolaborasi ini adalah implementasi nota kesepahaman kedua pihak pada tanggal 16 Mei 2019 lalu.
Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari juga menyatakan, sudah ada setidaknya 1.019 startup di Indonesia dalam catatan Bekraf. Sedangkan untuk riset Google-Temasek menyebut, ekonomi digital di Indonesia mencapai US$ 27 miliar pada 2018.
“Ini adalah Negara yang menjanjikan bagi pasar ekonomi digital terlihat dari banyaknya jumlah startup di Indonesia,” kata Hari dalam siaran pers, Jumat (2/8) seperti dikutp dari katadata news.
Dia juga bahkan telahmenjelaskan bahwa di Asia, pasar digital Indonesia hanya tertinggal oleh Tiongkok dan India. Ibu Kota Jakarta adalah kota dengan ekosistem startup mencapai sekitar 51,91% jumlah total startup di Indonesia, atau sekitar 529 perusahaan.
Penasihat Kebijakan di Departemen Senat untuk Ekonomi, Energi, dan juga Perusahaan Publik Berlin Elvir Becirovic mengatakan, kerja sama ini juga nantinya dapat mempererat hubungan Berlin dan Jakarta. “Kami menunggu di Berlin untuk kedatangan banyak startup dari Indonesia,” ujar Elvir seperti dikutip dari Okezone com
Kerja sama ini meliputi networking session dan pitching oleh masing-masing negara. Indonesia menghadirkan Matakota, Moretrash, Qlue, dan juga oleh Kata.AI. Sementara itu, perwakilan Jerman adalah whyTaxi, Ode.Systems, MotionLab.Berlin, serta Falling Walls.
Startup digital memang tumbuh pesat di Indonesia. Akan tetapi, di antara masalah yang masih membelit adalah soal kurangnya akses modal dan sumber daya manusia. Selain itu, keberadaan startup yang masih terpusat di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan juga Bekasi atau yang disingkat dengan sebutan Jabodetabek membuktikan kurangnya pemerataan.
Berdasarkan hasil survei terhadap 992 startup oleh Bekraf bersama Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan juga Komunikasi Indonesia (MIKTI) dalam Buku Mapping serta Database Startup Indonesia pada tahun 2018 akses permodalan masih menjadi kendalai terbesar bagi perusahaan rintisan di tanah air, yakni ada sebesar 38,83%