
KabarUang.com, Jakarta – PT Pertamina (Persero) tengah berupaya menahan laju penurunan produksi minyak alamiah. Melalui dari anak usahanya PT Pertamina EP, menggelar delapan proyek pengurasan minyak tahap lanjut atau juga Enhanced Oil Recovery (EOR). Delapan proyek tersebut meliputi kegiatan EOR di lapangan yaitu Tanjung, lalu Sukowati, kemudian Rantau, Sago, Ramba, Jirak, Limau dan juga Jatibarang.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menjelaskan, sejak dari bulan April 2019, Pertamina telah membentuk Steering Committee EOR Pertamina dan juga telah melibatkan diskusi dengan SKK Migas dan ahli-ahli eksternal. Pilot EOR polymer di Lapangan Tanjung telah menunjukkan hasil yang positif.
“Sebagai kelanjutannya telah ditandatanganinya pokok-pokok kesepahaman antara Pertamina dan Repsol dalam pengelolaan EOR di lapangan Tanjung untuk full scale nya, termasuk implementasi EOR Surfactant-Polymer,” ungkapnya, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (24/8/2019) seperti dikutip dari Okezone com.
Lebih lanjut Dharmawan menambahkan, proyek EOR yang dilaksanakan oleh Pertamina antara lain meliputi implementasi EOR surfactant polymer dan juga CO2 flooding.
“Kami optimis bahwa strategi ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya menahan laju decline rate di lapangan-lapangan Pertamina. Untuk EOR di Tanjung, kami perkirakan dalam dua sampai tiga tahun ke depan produksinya bisa naik 4 hingga 5 kali lipat dari produksi saat ini,” ujarnya seperti dikutip dari Okezone com.
Dharmawan juga menambahkan, Lapangan Jirak dan juga Rantau saat ini sedang dalam tahap implementasi full scale Waterflood.
“Bersamaan dengan hal tersebut dilakukan studi aplikasi chemical Surfactant untuk implementasi EOR,” tambahnya seperti dikutip dari Okezone com.
“Implementasi EOR Pertamina memang dimulai di lapangan migas yang dikelola Pertamina EP. Dan kini, kami sudah mulai memperluas ke wilayah kerja PHE,” ujarnya seperti dikutip dari Okezone com.