KabarUang.com, Jakarta – Pindahnya Ibu Kota Jakarta ke Kalimatan dipercaya ISA menaikkan ‘Gross Domestic Product’ atau ‘Produk Domestik Bruto’ secara nasional. Kenaikannya diperkirakan hingga 2 persen. Saat ini GDP Indonesia berada di 1,016 triliun dolar AS.

“Pembangunana Ibu Kota baru itu akan dimulai tahun 2021,”ujar Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro di Balikpapan, Selasa (20/8).
Setelah selesainya pemindahan Ibu Kota secara efektif bisa meningkatkan PDB. Selain itu akan ada efek berganda untuk perekonomian bagi wilayah di sekitarnya. Diantaranya menurunkan kesenjangan antarkelompok pendapatan dan kesenjangan antarwilayah.
“Sebab ada perdagangan antarwilayah, investasi, diversifikasi ekonomi dan peningkatan output dari sektorjasa dan sektor-sektor notradisional lainnya,”ungkap Menteri Bodjonegoro dilansir bisnis.com.
Dampak sosial
Bukan hanya membawa dampak ekonomi, pindahnya Ibu Kota juga membawa dampak sosial. Hal ini dikarenakan Ibu Kota yang baru memiliki simbol identitas bangsa. Dibangun sebagai kota yang cerdas, cantik, hijau serta berkelanjutan. Bukan hanya modern tapi juga memiliki standar internasional.
Smart City atau Kota Cerdas adalah kota yang memanfaatkan teknologi guna meningkatkan kualitas hidup penghuninya. Teknologi itu juga digunakan sebagai efektifitas dan efisiensi sehingga orang dapat menggunakan waktunya untuk hal yang produktif. Tata kelola pemerintahannya juga mengedepankan efektivitas dan efisiensi.
“Ibu Kota baru itu nanti jadi standar ideal pembangunan sebuah kota di Indonesia,”lanjutnya. Jadi, kota-kota yang sudah ada mampu memperbaiki dan bersolek diri seperti Ibu Kota nantinya. Nantinya di Ibu Kota itu tidak akan ada tiang listrik, sebab listrik akan dikirim ke rumah dengan kabel bawah tanah. Selain itu, transportasi umum dan jumlah kendaraan akan di batasi.