KabarUang.com, Jakarta – Konsumsi masyarakat terhadap plastik dan produk plastik terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Menurut Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (Inaplas) mengatakan jumlah konsumsi plastik akan berbanding lurus dengan tingkat pertumbuhan ekonomi.

Edi Rivai selaku Direktur Olevin dan Aromatik Inaplas mengatakan pada tahun 2017 tingkat konsumsi plastik nasional sebanyak 5,2 ton. Jumlah tersebut sama dengan 19,8 kilogram per kapita per tahun.
“Konsumsi plastik akan terus naik sekitar 5-6 persen per tahun. Ketika konsumsi plastik naik, maka pasti ekonomi naik. Ekonomi turun, konsumsi plastik jug aturun,”ungkap Edi di Jakarta, pada Kamis (8/8) dilansir republikaonline.com.
Namun pihaknya mengatakan bahwa konsumsi plastik di Indonesia lebih rendah dibanding dengan negara lain. Misalnya saja Thailand, konsumsi plastik per kapitanya sebesar 66,4 g per kapita per tahun. Di Vietnam sebesar 42,1 kg per kapita per tahun dan Malaysia 79,6 kg per kapita per tahun. Data ini merupakan data pada tahun 2017 dari Euromap, BPS, dan Inaplas, saat ini pasti sudah meningkat lagi.
“Secara overall industri plastik akan terus tumbuh mengikuti perkembangan pertumbuhan ekonmi,”tegasnya.
Edi mengatakan pemerintah tidak perlu melarang penggunaan plastik seperti pada kantong kresek, meski konsumsi plastik akan terus meningkat. Hal ini dinilai kurang tepat untuk dilakukan. Selain itu juga, kebijakan pengenaan cukai plastik bukanlah langkah yang tepat dalam menyelesaikan persoalan plastik.
Beliau mengatakan langkah yang dinilai tepat adalah siklus daur ulang. Namun pada tahun 2017 tingkat daur ulang sampah itu baru skeitar 17,4 persen. Masih sangat rendah. Hal ini membuat 43,9 persen sampah tidak bisa dikelola dengan baik. Untuk itu pemerintah harus memperbaiki siklus daur ulang sampah jika ingin mengatasi persoalan sampah plastik yang ada.
Selain itu rendahnya kemampuan penyerapan sampah dalam negeri untuk kembali dijadikan bahan baku produk plastik juga menjadi masalah. Hal ini lantaran sampah di Indonesia masih bercampur. Menanggapi hal ini, perlu adanya kesadaran masyarakat dan dukungan pemerintah agar pemilihan sampah dari sumbernya bisa dilakukan dengan baik.
Bukan hanya itu, buruknya manajemen sampah di dalam negeri juga menjadi salah satu pemicu adanya impor sampah untuk bahan baku industri. Pasalnya, sampah dalam negeri yang dikumpulkan akan susut sebanyak 20 persen jika sudah dilakukan pemilihan.
Sementara sampah ini dapat diimpor secara penuh untuk bahan baku dengan biaya yang lebih murah. “Ini kan anomali, makanya benahi dulu sampah di dalam negeri,”ungkapnya.