KabarUang.com, Jakarta – Vanda Astri Korisano adalah satu diantara dua pilot perempuan pertama asal Papua. Mimpinya menggapai cita-cita itu tidaklah mudah. Kabarnya sedari kecil Vanda memang sudah bermimpi menjadi pilot.

Dia sangat suka dunia penerbangan. Ketika melihat Boeing 777 dia bercita-cita untuk menerbangkan pesawat itu. Bahkan dulu, ketika dia kecil dia sama seklai tidak berkedip jika dirinya melihat pesawat. Dia mengaku ada perasaan senang jika dia pergi ke bandara. Dia senang melihat pesawat yang ada.
“Saya dari kecil emang sudah suka sama bandara. Setiap saya ke bandara itu senang banget,”tuturnya dilansir linetoday.com.
Ketika beranjak remaja, keinginan untuk menerbangkan pesawat semakin besar. Namun dia mengira mimpinya tidak akan tercapai. Dia sadar betul bahwa sekolah penerbangan sangatlah mahal. Bukan hanya itu, persaingan untuk menjadi seorang pilot juga sangat sulit.
Dia sempat mengurungkan niatnya untuk bersekolah di dunia penerbangan. Vanda merasa dia hanya akan membebani orangtuanya. “Kasihan orangtua, pas tahu biaya belajar pilot maha. Yaudah memutuskan ingin menjadi pramugari,”tambahnya.
Namun nyatanya Vanda tidak menyerah begitu saja. Dia semakin giat belajar. ingga suatu hari, perjuangannya selama tig atahun di SMA membuahkan hasil. Saat dia duduk dibangku 3 SMA dia mendapat tawaran beasiswa dari kepala sekolah.
Saat itu, kepala sekolahnya merekomendasikan untuk mengikuti wawancara beasiswa. Bersama dengan rekan seangkatannya yakni Martha Itaar, Vanda akhirnya bisa menjalani pendidikan di diploma Aviation for Airline Preparation di Nelson Aviation, College Selandia Baru.
Dia diharuskan bersekolah selama tiga tahun. Vanda menjalani pendidikan Bahasa Inggris selama enam bulan setelah itu dia pindah ke sekolah penerbangan.
“Ke New Zeeland-nya Agustus 2014. Tiga tahun disana. Enam bulan pertama Bahasa Inggris. Baru pindah ke sekolah penerbangan di 2015. Selesainya 2017,”ungkapnya.
Keberhasilannya tentu tak luput dari doa kedua orangtuanya. “Orangtua itu paling mendukung saya untuk menjadi pilot,”ujar Vanda. Namun sayangnya impian dia bisa terbang bersama kedua orangtuanya tidak bisa terwujud. Padahal mimpinya adalah dia terbang bersama kedua orangtuanya dengan pesawat yang dia lihat sejak kecil.
Saat Vanda diterima di Garuda Indonesia, saat itu juga dia harus menerina kenyataan pahit. Kedua orang tuanya meninggal dunia. “Papa sama Mama sudah meninggal dunia pas saya diterima di Garuda Indonesia. Jadi kemarin pas diterima Garuda Indonesia ada rasa senang dan sedih. Karena tidak bisa ngasih tau ke mereka. Tapi kalau ada, pasti seneng,”ujarnya menahan tangis.
Kini mimpinya hangus. Harapannya pupus oleh keadaan yang menyedihkan. “Pengen terbang sama-sama bawa mereka. Ingin sekali mengajak mereka terbang bersama,”tutupnya.