
KabarUang.com , Jakarta – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) sebut dampak dari padam listrik (black out) akibat kegagalan sistem PLN, memiliki potensi kerugian material anggota Aprindo yang ditaksir minimum Rp200 miliar pada 82 pusat perbelanjaan dan 2.500 lebih toko ritel modern swa kelola di Jakarta.
“Potensi kehilangan penjualan terlihat betul, karena masyarakat akhirnya enggan atau membatalkan keinginan berbelanjanya. Demi kenyamanan konsumen, kami menggunakan genset diesel berbahan bakar solar yang tentu berimbas pada naiknya biaya operasional, dan itu seharusnya tidak perlu kami keluarkan,” keluh Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey di Jakarta .
Aprindo menyayangkan kenyamanan masyarakat yang terganggu karena kebanyakan fasilitas tidak bisa berfungsi normal, semisal jaringan pembayaran elektronik. Selain itu kualitas produk juga sangat mungkin mengalami penurunan. Padahal peristiwa itu terjadi pada Minggu dimana banyak masyarakat justru sering menghabiskan waktu luangnya di gerai ritel modern atau pusat perbelanjaan.
Sudah sepatutnya PLN memberi imbauan terlebih dahulu kepada pelaku usaha agar bisa melakukan persiapkan guna memberi pelayanan maksimal kepada konsumen dan masyarakat pun tetap bisa mendapat haknya sebagai konsumen, mengingat blackout berlangsung lama dan mencakup area yang cukup luas.
Roy setuju bahwa PLN sebagai satu-satunya perusahaan yang mensuplai listrik seharusnya bisa bertindak lebih cepat dan tanggap apabila ada gangguan gardu listrik.
“Kami setuju bahwa seharusnya PLN mempunyai sistem mumpuni untuk mengantisipasi masalah semacam ini, back up plan yang reaktif terhadap gangguan dan contigency plan yang terencana” pungkasnya.