KabarUang.com, Jakarta – Harga cabai yang kian meroket menyulitkan pedagang karena modal pedagang terus tergerus. Seperti yang dikatakan oleh Wakil Ketua Umum Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (Appsi) bahwa harga cabai Rp 100 ribu per kilo.

Lonjakan harga cabai ini sudah terjadi beberapa bulan terakhir yang disebabkan oleh minimnya produksi. Ngadiran mengatakan kondisi itu menjadikan pedagang mau tidak mau harus mengeluarkan modal berkali lipat.
Namun pengeluaran modal besar itu tidak diimbangi dengan daya beli yang maksimal. “Sudah modal terkuras karena kita keluarin 3-4 kali lipat, pembelinya juga minim. Ini jadi ruginya berlipat-lipat,”ujar Ngadiran, salah satu pedagang cabai dilansir dari republika.com pada Senin (29/7).
Dia mengatakan bahwa pemerintah belum memiliki upaya yang kongkrit untuk menurunkan harga cabai. Dia juga mengungkapkan apa yang dikatakan Kementan soal produksi aman itu tidak benar. Kenyataannya mereka justru sulit menemukan produsen.
“Kalau ada itu produksinya, kami beli. Tapi harganya ya jangan mahal-mahal dong, jangan seperti sekarang,”keluhnya.
Dia juga mengatakan bahwa saat ini dia harus mengeluarkan modal sebesar Rp 80 hingga Rp 90 ribu. Padahal dulu modal untuk membeli cabai hanya berkisar Rp 20 ribu saja. Dia menyampaikan pedagang cabai tidak mungkin mengalihkan fokus perdagangannya ke komoditas lain. Pasalnya cabai adalah komoditas yang magnetis. Sehingga kehadirannya bisa mendatangkan transaksi lainnya ke sejumlah komoditas bahan pokok.
“Kalau nggak ada cabai, konsumen nggak jadi beli kentang, tomat, atau sayuran dan bahan pokok lain,”tambahnya.
Tercatat di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga cabai merah kriting rata-rata berada di level Rp 59.800 per kilogram (kg), cabai rawit hijau Rp 61.450 per kg dan cabai rawit merah Rp 76.050 per kg.