Ilustrasi via Indonesiaraya.co.id
KabarUang.com, Jakarta – Guna mendorong tumbuhnya wirausaha industri baru, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meminta perguruan tinggi menggencarkan lokakarya wirausaha. Ia mengatakan bahwa hal ini sejalan dengan program prioritas pemerintah pada tahun depan, yang akan fokus membangun sumber daya manusia (SDM) berkualitas secara masif.
Hal itu disampaikan langsung oleh Airlangga saat mewakili Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Rapat Kerja Nasional Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi (Rakernas HIPMI PT) Tahun 2018 di Jakarta.
Menteri Perindustrian tersebut menjelaskan, modal besar Indonesia saat ini dalam menghadapi era revolusi industri 4.0, yaitu jumlah SDM. Terlebih, dengan adanya bonus demografi atau dominasi penduduk berusia produktif, yang potensinya akan dinikmati hingga tahun 2030.
“Berdasarkan pengalaman seperti Jepang, China Singapura dan Thailand, saat mereka mengalami bonus demografi, pertumbuhan ekonominya sangat tinggi. Oleh karenanya, kita perlu mengambil peluang itu melalui peran generasi muda atau generasi milenial yang akan menjadi leaders di 2030,” paparnya
Menurut Airlangga, kunci suksesnya adalah meningkatkan kompetensi SDM agar mampu memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Salah satunya yang perlu digenjot, dengan menumbuhkan wirausaha industri baru,” jelasnya.
Ia juga menargetkan kepada HIPMI PT dapat mencetak wirausaha pemula dari para anggotanya sebanyak satu juta orang. Hal ini guna memenuhi kebutuhan Indonesia sebesar 4 juta wirausaha baru untuk turut mendorong penguatan struktur ekonomi. Hal tersebut dikarenakan saat ini rasio wirausaha di dalam negeri masih sekitar 3,1 persen dari total populasi penduduk.
“Tolong dibuatkan short course atau workshop wirausaha di seluruh Indonesia. Buat target sampai satu juta orang. Kalau butuh fasilitasi, kasih tahu kami. Siapkan juga roadmap-nya,” ungkapnya.
Upaya ini sejalan dengan implementasi Making Indonesia 4.0, dengan aspirasi besarnya menjadikan Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara yang memiliki perekonomian terkuat di dunia pada tahun 2030.
Guna mencapai sasaran tersebut, Indonesia juga membutuhkan sebanyak 17 juta tenaga kerja yang melek teknologi digital. Hasil rincian Airlangga,4,5 juta di antaranya adalah tenaga kerja sektor manufaktur dan 12,5 juta tenaga kerja di sektor jasa yang mendukung manufaktur. Ditambah, potensi era ekonomi digital akan meningkatkan nilai tambah terhadap PDB nasional sebesar 150 miliar dollar AS pada tahun 2025.
“Kesempatan ini yang perlu pula kita rebut,” tegasnya.
Selain itu, Kemenperin telah memfasilitasi pembangunan gedung inkubasi bagi para pelaku usaha rintisan (startup) di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain Bandung Techno Park, Bali Creative Industry Center (BCIC), Incubator Business Center di Semarang, Makassar Technopark, dan Pusat Desain Ponsel di Batam.
“Tempat ini bisa dimanfaatkan secara gratis untuk semua yang ingin berinovasi,” tuturnya.