![]() |
Ilustrasi via katadata.co.id |
KabarUang.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mulai menunjukan penguatan. Sebelumnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level 15.200.
Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka di level 15.041 per USD, menguat dibanding penutupan kemarin di level Rp 15.127 per USD.
Mengenai perkembangan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terkahir itu stabil dan bahkan menguat. Saat ini (pagi tadi) rupiah kalau di pasar spotnya diperdagangkan sekitar Rp 15.090 per USD.
Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) menyebut bahwa penguatan terhadap nilai tukar rupiah ini juga diperkuat oleh instrumen BI mengenai aturan transaksi pasar Non Deliverable Forwad (NDF) di dalam negeri atau Domestic Deliverable Forward (DNDF).
Dia menuturkan, sejak diberlakukan mulai tanggal 1 November 2018 kemarin, DNDF mampu mendorong kecukupan likuiditas baik di pasar rupiah mauoun valuta asing (valas).
Bahkan, hingga saat ini, kata dia sudah ada sebanyak 11 bank yang telah melakukan transaksi DNDF dari bank yang menyatakan kesiapannya.
Pergerakan pasar sangat bagus suplai dan demand bergerak jadi ini penguatan Rupiah itu adalah memang murni mekanisme pasar suplai dan demand. Oleh karena itu, saya sampaikan terimakasih kepada kalangan perbankan, pelaku pasar euangan dan juga pelaku koorporasi yang memang secara aktif bertransaksi di pasar valas,
DNDF merupakan instrumen derivatif dari kontrak perdagangan mata uang berjangka. NDF merupakan kontrak membeli atau menjual valuta asing (valas) dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan kurs yang telah ditentukan di awal. Sedangkan Domestik NDF maka transaksi tersebut dilakukan di dalam negeri.
Selama ini bisa menjual secara spot secara swap sekarang koorporasi juga bisa menjual secara NDF ke depannya. Ini semakin memperkaya instrumen di pasar valas.
Mengutip Bloomberg, rupiah dibuka di angka 15.087 per dolar AS menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 15.127 per dolar AS.
Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 15.089 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 15.195 per dolar AS.
Analisis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, adanya penguatan euro yang mampu mengimbangi apresiasi dolar AS seiring dengan sentimen internal di Uni Eropa cukup memberikan sentimen positif bagi terapresiasinya rupiah.
Laju rupiah sebelumnya mampu mengalami kenaikan. Bahkan kenaikan tersebut di atas perkiraan sebelumnya. Rilis inflasi Oktober yang berada di angka 0.28 persen (month on month) di anggap masih rendah sehingga memberikan sentimen positif tambahan pada rupiah.
Dari global, adanya kemajuan yang diperoleh dari perundingan Brexit antara Uni Eropa dan Inggris serta meningkatnya data Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) Uni Eropa berdampak positif terhadap posisi euro sehingga turut berimbas pada penguatan rupiah.