![]() |
Ilustrasi via marketwatch.com |
KabarUang.com, Jakarta- Nilai tukar Dolar Amerika Serikat menurun dari Rp. 15.000 menjadi Rp. 14.779. Akibat turunnya harga tukar dolar masyarakat memanfaatkan keuntungan ini dengan menukar uang rupiah menjadi dolar. Selain itu penyebab rupiah menguat karena masuknya investor asing dan adanya lelang surat utang pemerintah.
Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.764 per dolar AS. Patokan pada hari ini menguat jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.891 per dolar AS. Yang dikutip dari liputan6.com Pemerintah mengatakan akan berusaha menstabilkan nilai tukar rupiah dengan memainkan suku bunga, nilai tukar dan intervensi.
Lalu dikatakan bahwa penjualan ritel dari tahun 2017 ke tahun 2018 meningkat dan konsisten melalui titik terendahnya. “ Penjualan ritel yang dalam tren naik ini menjadi indikasi membaiknya konsumsi rumah tangga” ya ng dikutip dari liputan6.com Lalu penyebab lain dari turunnya harga nilai tukar dolar Amerika Serikat ke rupiah adalah adanya transaksi domestic non-deleverable forward yang di jelaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pasar rupiah.
Menurut data dari Jisdor ( Jakarta Interbank Spot Dollar rate ) rupiah meroket hingga Rp. 14.674 per dolar, berbeda dari kemarin yaitu Rp. 14. 891 Per dolar. Padahal sebelumnya pada bulan bulan lalu rupiah meningkat hingga 15.000 per dolar dan naik lagi hingga 15.200 per dolar. Tapi karena pemerintah memainkan suku bunga, nilai tukar dan intevensi. Maka nilai tukar rupiah menurun menjadi 14.764 dolar menurut data Jisdor ( Jakarta Interbank Spot Dollar rate).
Di tahun ini rupiah terhadap dolar menguat di Asia, lalu setelah itu disusul oleh negara China sebesar 0,10 persen, kemudian disusul lagi oleh Filipina sebanyak 0,35 persen dan yang terakhir India memegang sebesar 0,20 persen untuk penurunan mata uang dolar. Berbeda dengan Indonesia, China, Filipina, dan India. Malaysia dan Thailand terhadap mata uang dolar malah menguat.
Ada juga penyebab lain dari melemahnya dolar Amerika, dikarenakan adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China.
Perang dagang ini menyebabkan nilai tukar dolar As terhadap rupiah menurun. Dan dikatakan bahwa cina akan terus melakukan negosiasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat supaya nilai tukar dolar terhadap negara mengalami penurunan. “Pernyataan PM China yang mau melanjutkan negosiasi soal perang dagang” kata Alfatih dikutip dari Tempo.co.
Selain itu juga penyebabnya lain adalah dikarenakan pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan pesat, yaitu mencapai 5,17 persen pada kuartal III, yaitu Prediksi pergerakan rupiah di produk domestik bruto sedang membaik. Dan karena adanya dana asing dari luar negeri sebesar 217 juta USD, Lalu adanya sanksi Iran terhadap kepada Amerika Serikat tentang penjual minyak bumi juga mempengaruhi pasar keuangan di Amerika, Maka nilai tukar keuangan disebagian negara mengalami penurunan.
Dikutip dari merdeka.com Josua menambahkan, nilai tukar rupiah dapat ke posisi Rp. 14.800-14.950 per dolar Amerika serikat hingga akhir 2018 asal ditopang dari sentimen internal dan eksternal. Saat ini ada beberapa risiko mempengaruhi pergerakan rupiah baik dari internal maupun eksternal. Dan risiko internal yaitu adanya kekhawatiran terhadap defisit transaksi berjalan melebar. Lalu pada bulan Desember suku bunga The Fed dikatakan akan adanya kenaikan. Dan juga sudah the fed dikatakan sudah mulai price in.