![]() |
Ilustrasi via swa.co.id |
KabarUang.com, Jakarta – PT Bank Mandiri Tbk optimis bisa meraup laba bersih hingga akhir tahun ini mencapai Rp.24 triliun. Hingga kuartal ketiga tahun ini, perseroan tercatat telah mengantongi Rp18,1 triliun, tumbuh 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Kami yakin betul, sisa 2,5 bulan ini akan sangat bisa mencapai Rp22-24 triliun untuk laba konsolidasi.” Kata Panji Irawan sebagai direktur keuangan Bank Mandiri. Ia juga menjelaskan kenaikan laba perseroan di kuartal III diperkirakan bakal memuluskan perseroan mengantongi target laba hingga akhir tahun sebesar Rp23 triliun. Ia bahkan optimis laba perseroan bisa mencapai Rp24 triliun.
Adapun untuk kenaikan laba Bank Mandiri hingga kuartal ketiga ini didorong oleh kenaikan pertumbuhan kredit dan turunnya biaya pervadangan untuk kredit bermasalah.
Hingga kuartal ketiga tahun ini, penyaluran kredit Bank Mandiri tumbuh 13,8 persen secara tahunan menjadi Rp.781.1 triliun. Namun, sedangkan pendapatan non bungan meningkat 11,4 persen menjadi Rp18,75 triliun.
“Penurunan rasio NPL terutama didorong keberhasilan perseroan dalam melakukan restruksisasi serta berkelanjutan, di samping pemantauan potensi bisnis debitur secara ketat sehingga dapat membantu debitur memenuhi kewajibannya,” ujar Sulaiman Arif Arianto sebagai Wakil Direktur Utama Bank Mandiri.
Selain meningkatkan kualitas kredit, Sulaiman menjelaskan pihaknya saat ini fokus mendorong penyaluran kredit produktif, salah satunya di sektor insfrastruktur. HIngga September 2018 perseroan telah menyalurkan kredit insfrastruktur sebesar Rp.169,8 triliun atau 63,9 persen dari ttotal komitmen sebesar Rp265,7 triliun.
Di sisi lain, Bank Mandiri menurunkan biaya percadangan sebesar 10,3 persen dari Rp12,2 triliun menjadi Rp10,96 triliun. Hal ini lantaran turunnya rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross perseroan sekitar 74 bps ke kisaran 3,01 persen.
Biaya percadangan biasanya dialokasikan perbankan untuk menutup kredit yang berakhir macet. Biaya ini diambil dari laba bersih.
Selain meningkatkan kualitas kredit, Sulaiman menjelaskan pihaknya saat ini fokus mendorong penyaluran kredit produktif, salah satunya di sektor insfrastruktur. Hingga September 2018, perseroan telah menyalurkan kredit insfrastrultur. Hingga September 2018, perseroan telah menyalurkan kredit produktif, salah satunya di sektor insfrastruktur. Hingga September 2018, perseroan telah menyalurkan kredit, insfrastruktur sebear Rp169,8 triliun atau 63,9 persen dari total komitmen sebesar Rp265,7 triliun.
Di sisi lain, Bank MAndiri mencatat penyaluran dana pihak ketiga (DPK) hingga September 2018 sebesar 9,2 persen menjadi Rp761,5 triliun. Seiring pertumbuhan kredit yang lebih besar dari DPK, rasio likuiditas (LDR) perseroan meningkat dari 89,92 persen menjadi 93,53 persen.
Sebelumnya, PT Bank MAndiri Tbk menyalurkan kredit insvestasi berskema sindikasi kepada PT Hutama Karya dengan limit sebesar Rp2,041 triliun. Kredit ini dialokasikan untuk pembangunan ruas tol Terbanggi Besar-Kayu Agung sepanjang 185 km.
Direktur Corporate Banking Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan nilai tersebut meliputi 22 persen dari total kredit sindikasi dari lembaga keuangan dalam negeri sebesar Rp 9,17 triliun. Di samping kredit sindikasi, Hutama Karya juga mendapatkan fasilitas CDS sebesar Rp 5,2 triliun untuk memastikan keberlangsungan proyek tersebut.
Keikutsertaan Bank Mandiri dalam sindikasi ini mewujudkan konsistensi perseroan dalam mendukung sinergi antar BUMN pada program-program strategis pemerintah, khususnya dalam percepatan penyediaan insfrastruktur utama.
Dalam kesempatan yang sama, Bank Mandiri bersama perusahaan anak Mandiri Sekutaris dan Mandiri Manajemen Insvestasi bekerjasama dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk menerbitkan Kontrak Investasi Kolektif Dana Investasi Insfrastruktur (KIK-DINFRA).